Patah hati itu
memang bahaya, teman-teman. Sedikit pengalaman saya tentang patah hati, saya
mengalami yang namanya benar-benar patah hati saat orang yang sudah saya
sayangi yang sangat baik terhadap saya ternyata hanya tipuan belaka yang
akhirnya adalah hanya membuat patah hati. Saat itu saya benar-benar merasa
segala sesuatunya patah, mulai dari patah hati, patah semangat, patah nilai. Iya,
saya usaha untuk mendapatkan ranking 3 dikelas karena selain semangat orang
tua, saya juga termotivasi dari mantan kekasih saya waktu itu. Tetapi apa yang
mau dikata, Tuhan tau yang terbaik untuk saya. Dan benar! Tuhan menghapus air
mata saya dengan datangnya dia.
Dia adalah
lelaki yang polos, baik,keren, sedikit sombong dan berwawasan luas. Lelaki ini
membuat saya selalu nyaman jika saya bersamanya. Hal-hal yang tidak berlebihan
dalam mengungkapkan perasaan, yang tidak pernah berjanji berlebihan, jujur
dengan perasaannya, tidak terlalu berpikir dewasa tetapi dia selalu berusaha
untuk dapat bersikap dewasa. Dia datang disaat perasaan ini benar-benar ingin
tertutup, tetapi dengan caranya dia yang sangat simple membuat saya luluh. Dia selalu
menjadi dirinya sendiri, itu yang saya senangi darinya. Pendekatan sebelum
berpacaran itu memang biasa, tapi tidak biasa untuk saya saat pendekatan dengan
dia. Saya berteman baik dengan seorang gadis yang ia sangat sayangi dahulu dan
lalu ia mendekati saya. Hal yang aneh menurut saya karena saya merasa saya
hanyalah pelampiasan. Tetapi dia meyakini saya bahwa ia suka dan sayang kepada
saya. Karena belum dapat menerima kenyataan untuk akan “sakit hati” lagi saya
memutuskan untuk tidak dekat lagi dengan dia. Menurut saya bagaimanapun juga
pasti dia masih menyayangi teman baik saya ini. Menjauh dari dia membuat saya
kehilangan sesuatu yang tidak tahu apa tetapi saya merasa sangat kosong dan
kehilangan. Tetapi dia tetap berusaha
untuk mendapatkan hati saya (maaf kege-eran dikit) dan ya saya hanyalah seorang
perempuan yang gampang sekali luluh dan merasa tidak tega.
Ada pengalaman
yang membuat saya selalu tersenyum pada saat dia mengantarkan makanan kerumah
saya, menjemput saya dari suatu kegiatan sekolah, dan bersama tertawa menahan
malu karena kendaraan kami tidak dapat menaiki tanjakan karena beban saya yang
cukup berat :s lucu tetapi berkesan. Banyak hal-hal lain yang membuat saya
semakin ingin lebih dari sekedar “teman” . Seminggu berlalu dan saya memutuskan
untuk percaya kepada dia dan menerima dia sebagai pacar saya. Dia berkata bahwa
saya adalah pacar pertamanya, entah benar atau tidak tentu ini membuat saya
terbeban karena saya harus mengajari dia setidaknya tentang mengerti perasaan
pacarnya. Entah mengapa saya merasa air mata saya benar-benar terhapus. Dia memberi
saya coklat yang dengan malu dia membisikkan kalau dia akan memberi saya
coklat. Lucu. Saya semangat kembali dalam belajar dan berusaha belajar untuk
serius agar dapat diterima di univeritas yang saya cita-citakan.
Saya dan dia
tidak bersekolah di sekolah yang sama, lokasi sekolah kami juga berjauhan begitu
juga dengan rumah kami sekalipun kami tinggal disuatu kota yang sama. Kami jarang
sekali bertemu, kami hanya bertemu sekali seminggu di gereja karena kami mempunyai kesibukan msing-masing
dan terkadang saya takut mengganggunya jika saya mengajak ia keluar untuk
berjalan-jalan. Rasa rindu itu selalu muncul, saya selalu senang saat
bertemunya. Saat kami bertemu kami tidak banyak mengobrol, kami hanya saling
menyapa. Jujur ini adalah kali pertamanya saya memiliki kekasih yang benar-benar
cuek tetapi saya suka, karena bagaimanapun ia selalu menunjukkan perhatiannya
dia secara malu-mau dan itu deeply sweet. Meskipun terkadang saya ingin
mendengar ceritanya disekolah bagaimana atau saya ingin bercerita tentang apapun
kepadanya, tetapi lagi-lagi waktu dan jarak yang membuat kami jarang bertemu. Kami
memang jarang bertemu tetapi kami keep in touch dengan mengirim kabar via BBM. Hal
ini mungkin memberinya kejenuhan karena jarangnya bertemu dan hanya berkabar-kabar
ria via BBM dan ini sangat membuat saya merasa bersalah karena tidak dapat
memberikan pengalaman yang baik untuk dia sebagai pacar pertama. Saya memaklumi
kalau dia merasa cepat bosan, tetapi saya sangat terkejut saat dia memutuskan
hubungan kami dengan gampangnya karena suatu alasan yang tidak jelas. Saya tipekal
orang yang tidak suka memaksa orang lain untuk menuruti keinginan saya. Saya
kecewa dan mencoba menerima kenyataan bahwa saya bukan pacar yang baik dan saya
membosankan dan saya tidak dapat mengungkapkan perasaan saya yang sesungguhnya
ingin mempertahankan hubungan ini. I let him go.
Sebulan berlalu
rasa dihati semakin runyam, saya benar-benar ingin memliki dia lagi, saya ingin
diberi kesempatan kedua untuk memberi tahu kalau saya benar-benar menyayanginya
dan mengajarinya mempertahankan suatu hubungan dengan sikap yang dewasa bukan
seperti anak-anak yang tidak suka langsung membuangnya. Kami pun bersatu
kembali dan saya berusaha melakukan apa yang telah saya rencanakan, saya
memberikan yang terbaik yang saya bisa dan ya saya gagal lagi dan kamipun
berpisah. Dia tidak ada sedikitpun rasa mempertahankan hubungan ini. Saya pun
menyerah dan belajar melalui pengalaman ini, saya berkomitmen untuk mengunci
hati saya rapat-rapat.
Waktu pun silih
berganti, perasaan itu masih ada dan akan tetap selalu ada. Saya hanya tidak
mau mengungkapkan karena menurut saya perasaan ini tidak perlu diperjuangkan
karena bagaimanapun pasti dia sudah tidak sayang kepada saya. Kamipun sudah
berjauhan, dia memutuskan untuk kuliah di luar pulau dan saya berkuliah di luar
kota. Dan hal itu membuat saya semakin tegar dan berusaha menghapus perasaan
ini. Tetapi waktu berkata lain. Ia menghubungi saya kembali. Ya, saya mengerti
jika dia hanya merasa bosan dan sepi sehingga ia menghubungi saya lagi bukan
karena ingin tahu kabar saya atau merindukan saya seperti saya merindukannya. Saya
selalu menerima dia sekalipun ia menyakiti hati saya. Seiring berjalannya
waktu, dia meminta saya kembali kepadanya. Tentu saya merasa bingung karena
saya sudah disia-siakan tetapi ia memungut kembali apa yang sudah ia
sia-siakan.
Singkat cerita,
kami kembali lagi menjalankan kisah kita. Sangat senang dan memberi saya
semangat dan saya benar-benar belajar tekun untuk memperlihatkan bahwa saya
bisa berprestasi dan ia bisa bangga memiliki pasangan yang dapat berprestasi,
saya juga berusaha memotivasi dia setiap hari dan memberi semangat untuk
belajar dan kuliah. Waktu itu ia berencana untuk pulang ke kota kami. Saya sangat
senang mendengarnya, dan waktupun mempertemukan kami. Saya mengira saya akan
disambut hangat karena mungkin saja ia merindukan saya, tetapi ternyata tidak. Biasa
saja.
Selama dikota
ini, kami tetap saja jarang bertemu. Ia selalu lebih mementingkan
teman-temannya dibanding saya. Saya akhirnya sadar bahwa saya hanya
dipermainkan dan hanya dibutuhhkan jika dia membutuhkan. Tetapi saya ingin
menjaga hubungan ini untuk tetap ada. Saya benar-benar menyayanginya. Saya memberanikan diri untuk mengajaknya
jalan-jalan, dan senang sekali ternyata ia bisa mengabulkan keinginan saya. Beberapa
hari berikutnya, sikapnya berubah kembali. Ia bahkan semakin tidak perduli dan
kami tidak memberi kabar lagi. Sekalipun saya menunggu kabar darinya. Hal ini
membuat saya bingung dan ingin meminta kejelasan darinya tentang hubungan ini. Masih
atau tidak?
Kami bertemu di
suatu tempat wisata di kota kami. Saya bukan tipe yang bisa langsung
mengungkapkan, saya juga terkadang malu dan tidak percaya diri. Saya dan dia dihari
itu benar-benar dingin, tidak ada candaan dan dia terlihat seperti seorang yang
sedang membuang waktu nya dan saya seperti tdak penting baginya, hubungan ini
tidak penting baginya. Dalam hati saya berusaha untuk tegar dan memotivasi diri
saya untuk tidak patah hati jika malam itu hubungan ini akan berakhir. Karena rasa
gerogi dan tidak nyaman saya ceroboh sehingga menumpahkan minumannya dan
membuat ia semakin terlihat badmood. Saya merasa kesal dengan kecerobohan saya dan
saya lagi-lagi menyerah jika hari itu benar-benar akan berakhir. Sebelum pulang
saya bertanya sesuatu kepada dia. “kamu sayang ga sih sama aku?”, “belum” katanya.
Tentu saya tersentak kaget “jadi selama ini apa?”, “Cuma suka” daaaaaaan
kata-kata itu membuat saya sangat kecewa, ingin marah, dan menangis. Hal itu
benar-benar membuat saya menyesal mengapa saya bodohnya menerima dia sejak awal
dan merasa semua yang saya pertahankan akhirnya gagal karena dia sendiri tidak
ada rasa yang lebih untuk setidaknya mempertahankan hubungan ini. Dengan kata “belum” dan “Cuma suka” itu selalu
terngiang di pikiran saya sampai detik ini. Dan saya menganggap hubungan ini
sudah berakhir dan tidak perlu dilanjutkan. Sekalipun saya merindukannya tetapi
saya harus melupakannya. Hati-hati teman-teman. Suka, sayang, dan cinta itu
beda arti dan tingkat. Jangan sampe kena php kayak gue yak! Hehe. Thx._.
#belajarberbahasaformal-_-
No comments:
Post a Comment