Wednesday, April 2, 2014

Surat Untuk Mantan




Halo,
Ingat? Sapamu kepadaku yang dulu saat kamu merasa sepi. Sapaan yang membuat jantungku telat berdetak satu detik. Aku baru sadar kalau aku hanya kamu butuhkan saat kamu merasa sepi dan bosan, iya kan? Bagaimana kabarmu saat ini? Bagaimana rasanya mendapat surat ini? Bahagia atau merasa kesal? Bagaimana pagi harimu? Apakah sekelam pagiku tanpa ucapan “selamat pagi, sayang”mu? Atau kamu sudah mengucapkan ucapan itu pada orang lain? Apa masih ada seberkas bayangku? Apa disana kamu merasa sepi atau sebaliknya? Semangat dariku apakah kah kalah dengan semangat dari orang lain yang sedang kau dekati?
Ini ketiga kalinya kita kembali berpisah, entah kapan rasa bosanmu itu hilang dan membuat kita lagi-lagi berpisah. Kukira kita tidak akan berpisah lagi karena menurutku kita sudah dapat berpikir dewasa dan dapat serius tidak bermain-main seperti saat kita duduk dibangku SMA. Memberikanmu kesempatan untuk ketiga kalinya dan selalu membuka hatiku untukmu sekalipun aku tau kamu akan menyakiti hatiku. Bodoh memang tapi menurutku itulah arti sayang, selalu memaafkan dan mempertahankan orang yang kita sayangi. Aku menangis pun hatimu tidak luluh, apalagi yang harus kulakukan untuk menghancurkan kerasnya hatimu? Apa sebenarnya isi terdalam hatimu? Adakah aku disana? Kalau bisa digambarkan hati ini jika dibelah akan ada namamu di hatiku. Apa kamu pernah memikirkan aku? Karna diotakku selalu ada bayangmu sekalipun banyak aktivitasku.  Kita berakhir tanpa ada kata perpisahan. Kamu pergi begitu saja tanpa ada rasa memperjuangkan hubungan kita seperti aku yang selalu memperjuangkan “kita”. Sakit rasanya. Lebih sakit lagi saat aku menyadari bahwa diriku ini belum bisa melupakanmu dan membuang kenangan kita dulu. Ingin rasanya membuang foto kita dari dompetku tapi foto itu selalu membuatku semangat sekalipun lebih sering menangis karena tahu bahwa kita sudah usai.
Maaf jika aku selalu membicarakanmu dari belakang, aku membicarakanmu dengan Tuhanku dan teman-teman dekatku. Aku kangen kamu. Tiga kata itu yang sering ku titipkan melalui doa. Hampa rasanya hari-hariku tanpa kamu. Kamu memang tidak tahu apa isi hati ini karena diri ini yang tak pernah berani untuk mengungkapkan perasaan yang sebenarnya. Aku merasa sangat sepi disini karena tidak ada lagi perhatian cuekmu,lelucon garingmu,marahan anehmu,dan pesan suaramu yang membuatku terbang melayang. Kita memang sudah selesai, tapi perasaan sayang ini tak pernah usai. Perhatikan kamu dari jauh menyayat hatiku semakin dalam. Mendengar kabarmu yang mendekati orang lain mematahkan hatiku.  Aku memang tak secantik paras orang-orang lain yang sedang kau dekati, tapi apa hati mereka setulus aku memberi perhatian kepadamu? Asal kamu tau, aku selalu berusaha sebaik yang aku bisa untuk membuat hubungan kita berasa.  Hahaha memang lucu saat aku  mengingat kenangan-kenangan manis kita. Um, maniskah kenangan kita bagimu? Aku mengirimkan surat ini hanya mau menyampaikan isi hatiku, mungkin dapat melegakan sedikit hatiku sekalipun setelah itu menyesakkan hatiku karena kamu mengabaikan surat ini. Maaf mengganggu dan mungkin membuatmu menyesal membaca surat ini karena menghabiskan sedikit waktumu. Semoga kau tidak menertawakanku disana.
                                                                                                      
                                             

                                                                                                      Love,
                                                                                                      Your X Big Sunshine

Tulisan ini diikutsertakan untuk lomba #suratuntukruth novel Bernard Batubara - @Gramedia

No comments:

Post a Comment