Halo,
Ingat? Sapamu kepadaku yang dulu saat
kamu merasa sepi. Sapaan yang membuat jantungku telat berdetak satu detik. Aku baru
sadar kalau aku hanya kamu butuhkan saat kamu merasa sepi dan bosan, iya kan? Bagaimana
kabarmu saat ini? Bagaimana rasanya mendapat surat ini? Bahagia atau merasa
kesal? Bagaimana pagi harimu? Apakah sekelam pagiku tanpa ucapan “selamat pagi,
sayang”mu? Atau kamu sudah mengucapkan ucapan itu pada orang lain? Apa masih
ada seberkas bayangku? Apa disana kamu merasa sepi atau sebaliknya? Semangat dariku
apakah kah kalah dengan semangat dari orang lain yang sedang kau dekati?
Ini ketiga kalinya kita kembali
berpisah, entah kapan rasa bosanmu itu hilang dan membuat kita lagi-lagi
berpisah. Kukira kita tidak akan berpisah lagi karena menurutku kita sudah
dapat berpikir dewasa dan dapat serius tidak bermain-main seperti saat kita
duduk dibangku SMA. Memberikanmu kesempatan untuk ketiga kalinya dan selalu
membuka hatiku untukmu sekalipun aku tau kamu akan menyakiti hatiku. Bodoh memang
tapi menurutku itulah arti sayang, selalu memaafkan dan mempertahankan orang
yang kita sayangi. Aku menangis pun hatimu tidak luluh, apalagi yang harus
kulakukan untuk menghancurkan kerasnya hatimu? Apa sebenarnya isi terdalam
hatimu? Adakah aku disana? Kalau bisa digambarkan hati ini jika dibelah akan ada
namamu di hatiku. Apa kamu pernah memikirkan aku? Karna diotakku selalu ada
bayangmu sekalipun banyak aktivitasku. Kita
berakhir tanpa ada kata perpisahan. Kamu pergi begitu saja tanpa ada rasa
memperjuangkan hubungan kita seperti aku yang selalu memperjuangkan “kita”. Sakit
rasanya. Lebih sakit lagi saat aku menyadari bahwa diriku ini belum bisa
melupakanmu dan membuang kenangan kita dulu. Ingin rasanya membuang foto kita
dari dompetku tapi foto itu selalu membuatku semangat sekalipun lebih sering
menangis karena tahu bahwa kita sudah usai.
Maaf jika aku selalu membicarakanmu dari
belakang, aku membicarakanmu dengan Tuhanku dan teman-teman dekatku. Aku kangen
kamu. Tiga kata itu yang sering ku titipkan melalui doa. Hampa rasanya
hari-hariku tanpa kamu. Kamu memang tidak tahu apa isi hati ini karena diri ini
yang tak pernah berani untuk mengungkapkan perasaan yang sebenarnya. Aku merasa
sangat sepi disini karena tidak ada lagi perhatian cuekmu,lelucon
garingmu,marahan anehmu,dan pesan suaramu yang membuatku terbang melayang. Kita
memang sudah selesai, tapi perasaan sayang ini tak pernah usai. Perhatikan kamu
dari jauh menyayat hatiku semakin dalam. Mendengar kabarmu yang mendekati orang
lain mematahkan hatiku. Aku memang tak
secantik paras orang-orang lain yang sedang kau dekati, tapi apa hati mereka
setulus aku memberi perhatian kepadamu? Asal kamu tau, aku selalu berusaha
sebaik yang aku bisa untuk membuat hubungan kita berasa. Hahaha memang lucu saat aku mengingat kenangan-kenangan manis kita. Um,
maniskah kenangan kita bagimu? Aku mengirimkan surat ini hanya mau menyampaikan
isi hatiku, mungkin dapat melegakan sedikit hatiku sekalipun setelah itu
menyesakkan hatiku karena kamu mengabaikan surat ini. Maaf mengganggu dan
mungkin membuatmu menyesal membaca surat ini karena menghabiskan sedikit waktumu.
Semoga kau tidak menertawakanku disana.
Love,
Your
X Big Sunshine
Tulisan ini
diikutsertakan untuk lomba #suratuntukruth novel Bernard Batubara
- @Gramedia
No comments:
Post a Comment